Jumat, 04 Juni 2010

penanganan gangguan komunikasi

Penanganan gangguan komunikasi pada anak

Cara praktis menciptakan situasi untuk menciptakan "functional comunication" adalah sebagai berikut:

  1. Cari tahu hal yang paling menyenangkan buat anak, misalkan anak suka nonton film teletubis. Hal tersebut bisa digunakan untuk dijadikan situmulus untuk mengajari anak "functional comunication".
  2. Mengetahui kemampuan anak untuk berkomunikasi sampai sejauh mana, dan kemudian ditetapkan target respon yang diharapkan. Misalkan, kalau anak belum sama sekali berkomunikasi maka target perilaku komunikasi yang diharapkan adalah menunjuk/komunikasi bahasa tubuh dulu. Bila anak sudah bisa berbicara, maka targetnya adalah mengucapkan satu kata, dua kata, dan sebagainya.
  3. Menciptakan situasi dimana anak harus mengkomunikasikan apa yang dinginkan kepada orang lain. Misalkan, saat dia ingin menonton "teletubies", kita letakan kaset telutubies favoritenya di tempat yang anak tidak bisa menjangkaunya, kemudian minta dia untuk menunjuk ketempat kaset diletakan, atau bilang "minta" kepada kita bila dia ingin kaset tersebut, dan sebagainya, sesuai dengan target perilaku komunikasi yang sudah ditetapkan pada point 2. Pada awalnya, kita bantu dengan prompt verbal atau prompt model sehingga anak menerima pembelajaran "functional komunikasi" ini dengan bersih. Anak menerima pesan, bila dia ingin sesuatu dia harus mengatakan keinginannya pada orang lain dalam bentuk bahasa tubuh atau verbal, dan kedua menghindari anak "tantrum" (luapan emosi yang meledak – ledak) karena memang belum mengerti apa yang kita inginkan darinya. Bantu anak pada awalnya, bila anak bisa mengikuti target perilaku komunikasi yang kita mau, berikan apa yang diminta, kemudian puji anak sebagai penghargaan yang memotivasi anak untuk melakukan hal yang sama. Setelah itu, dicoba satu kali lagi tanpa dibantu untuk memastikan apakah anak mengerti pesan atau keinginan anak tersebut. Bila anak bisa, berikan dia penghargaan yang lebih besar lagi, seperti sorakan dan sebagainya. Bila anak tidak bisa cukup bilang "coba lagi ya?!", setelah itu bantu anak sekali lagi, agar anak tidak "frustrasi". Sebisa mungkin buat situasi menyenangkan bagi anak.
  4. Pastikan dalam setiap situasi yang diciptakan, anak bekerja dengan bersih, termasuk kontak mata, bahasa tubuh yang dimaksud, artikulasi kata, dan sebagainya.
  5. Evaluasi kemampuan anak, kemudian kembangkan "functional comunication" ini seterusnya. Misalkan, yang tadi hanya menunjuk, selanjutnya harus mengatakan benda yang dimaksud, atau yang tadinya satu kata, harus bisa dua kata "minta kaset" dan sebagainya. Dengan begitu anak akan tertantang terus untuk berkomunikasi.
  6. Yang terpenting adalah konsisten dalam menjalankan. Dalam arti semua orang dalam keluarga harus memperlakukan hal yang sama untuk anak, jadi anak mengerti itu adalah aturan main yang harus dia lakukan bila menginginkan sesuatu.

Dalam usaha meningkatkan kemampuan anak, dibutuhkan tim yang solid yang terdiri dari guru, speech language pathologist, audiologist, dan orang tua tentunya. Namun sebelumnya dokter anak akan mengidentifikasi gangguan komunikasi apa yang dialami anak tersebut, salah satunya dengan mencek fungsi pendengaran anak bekerja sama dengan dokter Ahli Telinga Hidung Tenggorok.


Sumber : Muttaqin, Arif. (2005). Pengantar Asuhan Keperawatan Dengan gangguan Sistem Persyarafan. Jakarta : Salemba

0 komentar:

Posting Komentar