Minggu, 21 Maret 2010
Perilaku Sosial Anak Autistik
Perilaku sosial menyebabkan seseorang dapat berhubungan dengan lingkungan dan berinteraksi dengan orang lain dalam lingkungan sosialnya. Jika anak mengabaikan kehadiran orang lain di sekelilingnya maka anak tersebut memiliki perilaku yang cenderung bergerak kesana-kemari, bersuara sendiri, menggigit, menggaruk-garuk, mengotak-atik sesuatu ditangannya ataupun “flapping” (mengepak-kepakkan tangannya). Perilaku sosial ini dikatakan tidak komunikatif, tetapi sebenarnya perilaku tersebut sebagai upaya untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan lingkungan sosialnya dalam berbagai situasi. Hal ini membuktikan bagaimana keterkaitan antara perilaku sosial yang dipengaruhi oleh pemahaman komunikasi.
Perilaku sosial anak autistik yang muncul terlihat tidak singkron dengan nilai-nilai sosial di lingkungannya. Hal ini dikarenakan anak-anak autistik tidak memahami sebagian besar nilai-nilai sosial yang berlaku sehingga orang kebanakan yang tidak memahami kondisi anak autistik maka yang terjadi adalah marah dan mungkin menanyakan “apa orang tuanya tidak mendidik ?”. Ketika orang-orang sedang antri untuk membeli es cream di sebuah pusat pembelanjaan, Yudi, 7 tahun (nama samaran) tiba-tiba lari menuju ke antrian paling depan dan menyerobot es cream yang sedang dipegang oleh seseorang paling depan dan langsung menjilatnya. Yudi seperti tidak merasa bersalah dengan perilaku sosialnya.
Perilaku sosial ini sebaikanya diajarkan dan diterapkan secara rutin dan konsisiten. Tata laksana perilaku yang rutin, konsisten dan pembiasaan yang sesuai dengan situasi dan kebutuhan anak merupakan bagian yang penting. Tetap ajarkan dan latih dalam kehidupan sehari-hari sesuai konteksual dari lingkungan sosial anak. Memulai dalam lingkuangan yang sangt kecil misalnya keluarga, teman bermain, di playgroup atau taman kanak-kanak merupkan bagian yang terpenting.
DAFTAR PUSTAKA
Yuwono, Joko. (2009). Memahami Anak Autistik, Kajian Teoritik dan Empirik.
0 komentar:
Posting Komentar