Rabu, 23 Desember 2009
MENJADI BAHAGIA DALAM KEBERAGAMAN
Dunia kita bukanlah dunia satu warna, dunia kita bukanlah dunia satu bentuk, dunia kita bukanlah dunia keseragaman. Dunia kita adalah dunia yang penuh keberagaman. Di dalam keberagaman ada warna-warni yang indah, ada nada-nada yang berbeda-beda. Semua itu membuatsemuanya menjadi tampak hidup, penuh dinamika dan tidak monoton. Oleh sebab itu, sepertinya mustahil memaksakan ‘keberagaman’ menjadi ‘keseragaman’, didominasi satu warna, satu bentuk. Namun sayang, tidak sedikit orang yang menyikapinya dengan pandangan yang salah.
Keberagaman dilihat sebagai perbedaan yang memisahkan. Keberagaman menjadi sekat dan pemisah yang membuat orang perorang menjadi tidak bisa dekat apalagi akrab. Di mana pribadi yang satu sulit untuk bertegur sapa dengan pribadi yang lain hanya karena menganggap yang lain itu berbeda dan tidak sama.
Dunia kita menjadi dunia yang dipenuhi dengan tembok-tembok pemisah, semakin terkompartementalisasi (menjadi bagian yang terpisahkan). Saat itu terjadi maka dunia kita menjadi dunia yang merana, penduduknya kehilangan kebahagiaan karena mereka menjadi orang asing satu sama lain. Saat itulah kita akan kehilangan solidaritas dengan sesama apalagi setanah air.
Keberagaman bukanlah sesuatu yang buruk sehingga kita tolak, keberagaman juga bukanlah sesuatu yang jelek sehingga harus kita tutupi atau sebuah bencana sehingga kita sesali. Tetapi, lebih dari semua itu terimalah, hayatilah keberagaman sebagai sebuah kekayaan dan keindahan. Bukanlah sebuah lukisan akan tampak indahdan hidup ketika terdapat aneka macam warna yang menempati tempatnya masing-masing dan menggambarkan keutuhan dari sebuah objek yang ditampilkan.
Oleh karena itu mengingkari keberagaman adalah sebuah kemustahilan. Yang patut dikembangkan dalam menyikapi keberagaman adalah sikap ‘openes’ (terbuka) dengan banyak orang demi dapat menciptakan dan mewujudkan dialog kehidupan yang tulus yang melaluinya setiap orang dapat berbagi pengalaman tanpa ragu dari waktu ke waktu. Di mana setiap orang dapat menyatakan identitas dan pendiriannya tanpa rasa takut dan ragu.
Referensi :
Majalah Harmoni edisi May 2009. Menjadi Bahagia Dalam Keberagaman oleh Imanuel Kristo. Hal 70
Keberagaman dilihat sebagai perbedaan yang memisahkan. Keberagaman menjadi sekat dan pemisah yang membuat orang perorang menjadi tidak bisa dekat apalagi akrab. Di mana pribadi yang satu sulit untuk bertegur sapa dengan pribadi yang lain hanya karena menganggap yang lain itu berbeda dan tidak sama.
Dunia kita menjadi dunia yang dipenuhi dengan tembok-tembok pemisah, semakin terkompartementalisasi (menjadi bagian yang terpisahkan). Saat itu terjadi maka dunia kita menjadi dunia yang merana, penduduknya kehilangan kebahagiaan karena mereka menjadi orang asing satu sama lain. Saat itulah kita akan kehilangan solidaritas dengan sesama apalagi setanah air.
Keberagaman bukanlah sesuatu yang buruk sehingga kita tolak, keberagaman juga bukanlah sesuatu yang jelek sehingga harus kita tutupi atau sebuah bencana sehingga kita sesali. Tetapi, lebih dari semua itu terimalah, hayatilah keberagaman sebagai sebuah kekayaan dan keindahan. Bukanlah sebuah lukisan akan tampak indahdan hidup ketika terdapat aneka macam warna yang menempati tempatnya masing-masing dan menggambarkan keutuhan dari sebuah objek yang ditampilkan.
Oleh karena itu mengingkari keberagaman adalah sebuah kemustahilan. Yang patut dikembangkan dalam menyikapi keberagaman adalah sikap ‘openes’ (terbuka) dengan banyak orang demi dapat menciptakan dan mewujudkan dialog kehidupan yang tulus yang melaluinya setiap orang dapat berbagi pengalaman tanpa ragu dari waktu ke waktu. Di mana setiap orang dapat menyatakan identitas dan pendiriannya tanpa rasa takut dan ragu.
Referensi :
Majalah Harmoni edisi May 2009. Menjadi Bahagia Dalam Keberagaman oleh Imanuel Kristo. Hal 70
Subscribe to:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar